Materi Ceramah Bulan Suro
Kamis, 08 November 2018
Add Comment
Hari-hari
ini kita telah memasuki bulan Muharram tahun 1428 Hijriah. Seakan tidak terasa,
waktu berjalan dengan cepat, hari berganti hari, pekan, bulan, dan tahun
berlalu silih berganti seiring dengan bergantinya siang dan malam. Bagi kita,
barangkali tahun baru ini tidak seberapa berkesan karena negara kita tidak
menggunakan kalender Hijriah, tetapi Masehi. Dan yang akrab dalam keseharian
kita adalah hitungan kalender Masehi. Tanggal lahir, pernikahan, masuk dan
libur kantor dan sebagainya. Akan tetapi sebagai seorang muslim kita perlu
untuk sejenak menghayati beberapa hal yang terkait dengan penanggalan Islam
ini. Beberapa hal yang seyogyanya kita jadikan renungan itu adalah :
1. Syukur
atas Usia yang diberikan Allah
2. Muhasabah
(introspeksi diri) dan istighfar.
Ini adalah
hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian bahwa waktu
yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau
tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu hanyalah
amal shaleh. Apa yang sudah dilakukan sebagai bentuk amal shaleh? Sudahkah
tilawah al-Qur’an, sedekah dan dzikir kita menghapuskan kesalahan-kesalahan
yang kita lakukan? Malam-malam yang kita lewati, lebih sering kita gunakan
untuk sujud kepada Allah, meneteskan air mata keinsyafan ataukah lebih banyak
untuk begadang menikmati tayangan-tayangan sinetron, film dan sebagainya dari
televisi? Langkah-langkah kaki kita, kemana kita gunakan? Dan sebagainya.
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini selayaknya menemani hati dan pikiran seorang
muslim yang beriman pada Allah dan Hari Akhir, lebih-lebih dalam suasana
pergantian tahun seperti sekarang ini. Pergantian tahun bukan sekedar
pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah
kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok.
5. Beberapa
Keutamaan dan Peristiwa di Bulan Muharram
a. Bulan
Haram
Muharram,
yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Hijriyah, termasuk diantara
bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum). Sebagaimana firman Allah
Ta’ala :
"Sesungguhnya
bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia
menciptakan lanit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram." (Q.S.
at Taubah :36).
Dalam hadis
yang dari shahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya
zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah menciptakan
langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat
bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah,
Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada tsaniah dan
Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada keempat
bulan ini Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam penafsiran lain
adalah larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun bukan berarti berbuat
maksiat dan dosa boleh dilakukan pada bulan-bulan yang lain.
Sebagaimana
ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita menjaga Shalat Wustha, yang banyak ahli
Tafsir memahami shalat wustha adalah Shalat Ashar. Dalam hal ini, shalat Ashar
mendapat perhatian khusus untuk kita jaga.
Firman Allah
: "Peliharalah segala shalat mu, dan peliharalah shalat wustha" (Q.S.
al Baqarah :238) Nama Muharram secara bahasa, berarti diharamkan. Maka kembali
pada permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, hal tersebut bermakna
pengharaman perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah memiliki tekanan khusus
untuk dihindari pada bulan ini.
b. Bulan
Allah
Bulan
Muharram merupakan suatu bulan yang disebut sebagai “syahrullah” (Bulan Allah)
sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadis. Hal ini
bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus karena disandingkan dengan lafdzul
Jalalah (lafadz Allah). Para Ulama menyatakan bahwa penyandingan sesuatu pada
yang lafdzul Jalalah memiliki makna tasyrif (pemuliaan), sebagaimana istilah
baitullah, Rasulullah, Syaifullah dan sebagainya.
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
Rasulullah
bersabda : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bula Allah
(yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu
adalah shalat malam”. (H.R. Muslim)
c. Sunnah
Berpuasa
Di bulan
Muharram ini terdapat sebuah hari yang dikenal dengan istilah Yaumul 'Asyuro,
yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini. Asyuro berasal dari kata Asyarah yang
berarti sepuluh.
Pada hari
Asyuro ini, terdapat sebuah sunah yang diajarkan Rasulullah saw. kepada umatnya
untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah Ta’ala. Yaitu
ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro. Adapun hadis-hadis yang
menjadi dasar ibadah puasa tersebut, diantaranya :
1.Diriwayatkan
dari Abu Qatadah ra, Rasulullah saw, bersabda :
“ Aku
berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun
sebelumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
4.Dalam
riwayat lain, Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika
Rasulullah saw. berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan kaum muslimin
berpuasa, mereka (para shahabat) berkata : "Ya Rasulullah ini adalah hari
yang diagungkan Yahudi dan Nasrani". Maka Rasulullah pun bersabda
:"Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa
pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“ (H.R. Bukhari dan Muslim)
Imam Ahmad
dalam musnadnya dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya meriwayatkan sebuah hadis
dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw. bersabda : "Puasalah pada hari Asyuro,
dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya
atau sehari sesudahnya.“
Sedangkan
puasa pada tanggal sepuluh saja, sebagian ulama memakruhkannya, meskipun
pendapat ini tidak dikuatkan sebagian ulama yang lain.
Secara umum,
hadits-hadis yang terkait dengan puasa Muharram menunjukkan anjuran Rasulullah
saw untuk melakukan puasa,sekalipun itu hukumnya tidak wajib tetapi sunnah
muakkadah, dan tetunya kita berusaha untuk menghidupkan sunnah yang telah
banyak dilalaikan oleh kaum muslimin.
d. Diantara
Peristiwa di Bulan Muharram
Pada tanggal
10 Muharram 61H, terjadilah peristiwa yang memilukan dalam di sebuah tempat cucu Rasulullah
sejarah Islam, yaitu
terbunuhnya Husein yang bernama Karbala.
Peristiwa ini kemudian dikenal dengan “Peristiwa Karbala”. Pembunuhan tersebut
dilakukan oleh pendukung Khalifah yang sedang berkuasa pada saat itu yaitu
Yazid bin Mu’awiyah, meskipun sebenarnya Khalifah sendiri saat itu tidak
menghendaki pembunuhan tersebut.
Peristiwa
tersebut memang sangat tragis dan memilukan bagi siapa saja yang mengenang atau
membaca kisahnya, , dan kita tentu mencintai danapalagi terhadap orang yang dicintai
Rasulullah memuliakannya. Namun musibah apapun yang terjadi dan betapapun kita sangat , hal itu jangan
sampai membawa kita larut dalammencintai keluarga Rasulullah
kesedihan dan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai bentuk duka
dengan yangmemukul-mukul diri, menangis
apalagi sampai mencela
shahabat Rasulullah tidak termasuk Ahli Bait (keluarga dan keturunan beliau).
Yang mana hal ini biasa dilakukan suatu kelompok syi'ah yang mengaku memiliki
kecintaan yang sangat tinggi terhadap Ahli Bait (Keluarga Rasulullah), pdahal
kenyataanya tidak demikian.
e. Adat
Istiadat di Tanah Air
Pada awal
Muharram, yang sering dikenal dengan istilah 1 Suro, di tanah air sering
diadakan acara ritual dan adat yang beraneka macam bahkan tidak jarang mengarah
pada kesyirikan, seperti meminta berkah pada benda-benda yang dianggap keramat
dan sakti, membuang sesajian ke laut agar Sang Dewi penjaga laut tidak marah
dan lain sebagainya. Hal-hal semacam ini harus dihindari oleh setiap muslim
dimanapun mereka berada.
telah mengajarkan pada kita agarRasulullah
memiliki jati diri sebagai seorang Muslim dalam kehidupan. Jangan sampai
seorang muslim mudah terbawa oleh budaya atau ritual agama lain dalam
menjalankan ibadah pada Allah. Ajaran yang dibawa Rasulullah telah jelas dan
sempurna tidak layak bagi kita untuk menambah atau menguranginya.
Karena
sebaik-baik pedoman adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
beliau, yang tidak ada keselamatan kecuali dengan berpegang kepada keduanya
dengan mengikuti pemahaman para sahabat, tabi'in dan penerus mereka yang setia
berpegang kepada sunnahnya dan meniti jalannya, adapun hal-hal baru dalam
masalah agama adalah sesat sedangkan kesesatan itu akan menghantarkan ke neraka,
wal'iyadzubillah.
Antara Peristiwa-Peristiwa Penting Islam Di Bulan Muharram:
1. 1 Muharram – Khalifah Umar Al-Khattab
mula membuat penetapan kiraan bulan dalam Hijrah.
2. 10 Muharram – Dinamakan juga hari
“Asyura” pada hari itu banyak terjadi peristiwa penting yang mencerminkan
kegemilangan bagi perjuangan yang gigih dan tabah dari menegakkan keadilah dan
kebenaran.
Pada 10 Muharram juga telah berlaku:
1. Nabi Adam bertaubat kepada Allah
2. Nabi Idris diangkat oleh Allah ke
langit.
3. Nabi Nuh diselamatkan Allah keluar
dari perahunya sesudah bumi ditenggelamkan selama 6 bulan
4. Nabi Ibrahim diselamatkan Allah dari
pembakaran Raja Namrud
5. Allah menurunkan kitab Taurat kepada
Nabi Musa
6. Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara
7. Penglihatan Nabi Yaakob yang kabur
dipulihkkan Allah
8. Nabi Ayub dipulihkan Allah dari
penyakit kulit yang dideritainya
9. Nabi Yunus selamat keluar dari perut
ikan paus setelah berada di dalamnya selama 40 hari 40 malam
10. Laut Merah terbelah dua untuk
menyelamatkan Nabi Musa dan pengikutnya dari tentera Firaun
11. Kesalahan Nabi Daud diampuni Allah
12. Nabi Sulaiman dikurniakan Allah
kerajaan yang besar
13. Hari pertama Allah menciptakan alam
14. Hari Pertama Alllah menurunkan
rahmat
15. Hari pertama Allah menurnkan hujan
16. Allah menjadikan ‘Arasy
17. Allah menjadikan Luh Mahfuz
18. Allah menjadikan alam
19. Allah menjadikan Malaikat Jibril
20. Nabi Isa diangkat ke langit.
0 Response to "Materi Ceramah Bulan Suro"
Posting Komentar